Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
Ahok dengan salah satu pemain dokumenter "Jalanan" (Foto: Aisyah/Okezone) JAKARTA - Usai menonton sebuah film berjudul 'Jalanan' di Balai Agung, Jakarta, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku merasa “ditegur” oleh cerita film tersebut.
Ahok pun teringat beberapa kalimat yang dilontarkan oleh para pemain dalam film yang menceritakan kemiskinan ibu kota yang dikemas secara komedi itu.
"Di film bilang, 'reformasi, lu teriak-teriak, nanti juga korupsi'. Itu fakta, kita ada Undang-undang nomor 7 tahun 2006 hasil ratifikasi PBN melawan korupsi. Siapa pun pejabat publik yang hartanya tidak sesuai, itu sita untuk negara. Saya belum pernah dengar capres ngomong gitu, periksa semua harta pejabat," kata Ahok di Balai Agung, Jakarta, Rabu (21/5/2014).
Seharusnya, siapa pun capres yang maju harus berani memperjuangkan hal itu. "Nasib kita ada di siapapun presiden terpilih. Tahun 2025 kita mau bonus demografi, jumlah angkatan kerja lebih banyak, banyak kontrak minyak, gas, mineral, tambang-tambang itu karena akan jatuh tempo di 10 tahun ini. Kalau 10 tahun ini presidennya enggak berani renegosiasi atau ambil alih kontrak, dengan menyiapkan SDM untuk kelola SDA dengan baik, maka 2025 bukan bonus demografi tapi bencana demografi," jelas Ahok.
Di sisi lain, Ahok menilai, bangsa Indonesia saat ini pemerintah dan rakyat tidak ada hubungan yang saling timbal balik sehingga masing-masing memperjuangkan kepentingannya.
"Makanya di film bilang 'Saya cinta Indonesia, tapi Indonesia Cinta saya enggak nih. Negeri ini sebetulnya punya siapa? Selama ini orang-orang di bawah mau bekerja tapi dia enggak tahu hubungannya gimana. Butuh koordinasi untuk memaksa membantu rakyat, mesti kontak (rakyat-pemerintah). Pejabat itu tidak boleh kayak dewa enggak bisa dihubungi, Tuhan saja gampang tinggal berdoa," kilahnya. (kem)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.