Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
SURABAYA - Pemilih Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada Pilpres 2009 diprediksi akan memberikan suara ke pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rasaja pada perhelatan serupa tahun ini.
Alasannya, ada pemikiran yang terbangun di tengah masyarakat Indonesia bahwa sosok dari militer lebih tegas dalam menyelesaikan persoalan bangsa dan negara.
Pengamat Politik Universitas Negeri Jember (Unej) Maulana Surya Kusuma mengatakan, orang memilih sosok capres itu lebih pada jalinan emosional.
"Nah, saya melihat chemistry pemilih SBY ini lebih nyambung ke Prabowo Subianto," kata Maulana dalam sebuah diskusi di Surabaya, Selasa (20/5/2014).
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) ini mengatakan, ada beberapa hal yang melandasi pola pikir pemilih SBY kepada Prabowo. Pertama, kesamaan latar belakang dua tokoh ini yakni sama-sama berlatar belakang dari militer.
Dalam konstruksi berpikir masyarakat Indonesia, negara kekuasaan harus dipimpin oleh orang yang powerfull. Artinya, kuat dalam segala hal sehingga negara Indonesia berjaya ke depannya. Nah, persepsi orang kuat ini selalu dikaitkan dengan sosok dari militer.
"Konstruksi berpikir ini sudah terbentuk sejak dulu. Contohnya, bagaimana sosok pahlawan selalu dikaitkan dengan militer atau ksatria, mulai dari Gajah Mada hingga Pangeran Diponegoro. Tidak ada pahlawan itu dari kalangan pedagang," jelasnya.
Kedua, kesamaan gaya berpolitik yang terkesan tegas dan santun ala SBY lebih dekat dengan Ketua Umum Parta Gerindra tersebut. Sementara, sosok Joko Widodo mencerminkan orang yang bersahaja dan populis tapi tidak menunjukkan ketegasan.
"Di sinilah kemudian muncul pertarungan antara sosok yang kuat dengan sosok yang populis," katanya.
Prabawo maju sebagai bakal calon presiden didampingi oleh Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. Keduanya didukung oleh koalisi Partai Golkar, PKS, PPP, dan PBB. Sementara kubu lainnya ada pasangan Jokowi-Jusuf Kalla yang diusung oleh PDI Perjuangan, Partai NasDem, PKB, dan Hanura.
Menurutnya, kekuatan duet Jokowi-Kalla dan Prabowo-Hatta sebenarnya berimbang. Ia yakin, jika dilakukan survei di masyarakat dengan menyodorkan nama dua pasang kandidat itu, maka perolehan suara tak akan terpaut jauh.
Rakyat kini mengharapkan orang kuat yang mampu menertibkan dan memberikan rasa aman. "Jika nanti Prabowo jadi presiden, mampukah membendung premanisme? Jika nanti Jokowi menjadi presiden mampukah membendung premanisme? Mereka akan memilih orang yang akan mampu menghancurkan kekuasaan preman," kata Maulana.
(ris)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.