Ilustrasi Dok Okezone JAKARTA - Bila mengacu pada hasil hitung cepat (quick count) di pemilu legislatif (Pileg) pada 9 April 2014, koalisi partai Islam memiliki modal besar untuk bisa memenangkan pemilu presiden (Pilpres).
Menurut Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (SIGMA), Said Salahuddin, partai politik (parpol) berbasis massa Islam memiliki modal lebih dari 30 persen.
"Partai politik berbasis massa Islam berpeluang menangi Pilpres 2014. Andai saja PKB, PAN, PKS, PPP, dan PBB mau berkoalisi, maka partai-partai berbasis massa Islam itu tidak sekedar mampu memenuhi syarat Presidential Threshold (PT) untuk mengusung capres-cawapres sendiri, tetapi juga potensial memenangkan Pilpres 2014," katanya melalui siaran pers, Jakarta, Senin (14/4/2014).
Namun, sambung Said, ada dua syarat untuk mewujudkan hal itu. Pertama, masing-masing parpol tidak memaksakan pimpinannya sebagai calon presiden dan calon wakil presidennya. Maka, harus ada kerelaan dan kebesaran hati untuk mengambil tokoh alternatif.
"Kedua, tokoh-tokoh alternatif tersebut tidak bergabung dengan Jokowi, Prabowo, atau ARB (Aburizal Bakrie)," tandasnya.
Said menuturkan, ada lima tokoh alternatif yang bisa menjadi representasi tokoh Islam dan dapat mempengaruhi peta pencapresan. Misal, Jusuf Kalla, Mahfud MD, Jimly Asshiddiqie, Abraham Samad, dan Anies Baswedan.
"Nah agar dapat bersaing dengan Jokowi, Prabowo, dan ARB, maka koalisi parpol Islam ini harus mampu mengusung tema yang menjual dan pas dengan tokoh yang akan diusung," tuturnya.
Said menambahkan, alasan parpol berbasis massa Islam atau koalisi Islam nasionalis bisa berpeluang menang dalam Pilpres, kata dia, karena suara pemilih nasionalis akan terpecah ke Jokowi dan Prabowo, sedangkan dari kalangan Islam relatif akan lebih solid.
"Jadi jika koalisi PKB, PAN, PKS, PPP, dan PBB benar-benar terealisasi, ini bisa merepotkan dan membuat klimpungan partai-partai nasionalis. Peta koalisi juga akan menjadi berantakan. Katakanlah PDIP tetap bisa berkoalisi dengan Nasdem untuk mengusung Jokowi, tetapi mereka menjadi tidak mudah untuk mencari pendamping yang bisa mendongkrak Jokowi karena tokoh-tokoh Islam tadi sudah serempak menggelengkan kepala," terangnya.
Hal serupa juga akan dialami oleh Gerindra dan Golkar. Keadaan ini akan membuat Prabowo dan ARB terancam kehilangan peluang menjadi capres, dan penentunya kan tinggal Demokrat dan Hanura. Bila Gerindra hanya berkoalisi dengan Demokrat saja, maka tidak akan memenuhi PT.
"Mau tidak mau harus dibantu oleh Hanura. Kalau begitu ceritanya, maka Golkar juga menjadi tidak bisa mengusung ARB sendirian. Kalau Demokrat atau Hanura ke Golkar, maka Prabowo yang akan gagal mencalonkan diri. Oleh karena itu, maka mau tidak mau Gerindra akan berkoalisi dengan Golkar bersama Demokrat dan Hanura," tukasnya.
Hal ini, semakin rumit ketika Demokrat dan Hanura masuk dalam koalisi partai berbasis massa Islam untuk membentuk koalisi Islam nasionalis. Mau tidak mau akhirnya Gerinda harus berkoalisi dengan Golkar untuk mengusung ARB-Prabowo atau sebaliknya.
"Nah, dengan peta koalisi seperti itu, maka menjadi semakin besar peluang koalisi parpol berbasis massa Islam atau koalisi parpol Islam-Nasionalis untuk memenangkan Pilpres 2014," pungkasnya.
(sus)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.