Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
JAKARTA - Konsep Revolusi Mental yang didengungkan Jokowi-Jusuf Kalla dipertanyakan pascapengepungan Kantor TV One oleh kader PDI Perjuangan.
Pengamat politik dari Universitas Jayabaya, Igor Dirgantara, mengatakan perbuatan tersebut justru menimbulkan persepsi kubu Jokowi-JK otoriter, karena mengancam kebebasan pers dan tidak sesuai dengan jargon Revolusi Mental.
PDI Perjuangan, menurut Igor, seharusnya tidak perlu terpancing dengan melakukan tindakan anarkis yang justru bisa merugikan mereka sendiri.
"Serahkan saja persoalannya pada penyelenggara pemilu atau yang berwenang. Biar publik sendiri juga ikut menilai substansi dari berita tersebut," kata Igor.
Sebagai partai pengusung Jokowi-JK, PDI Perjuangan sebaiknya tidak usah terprovokasi pemberitaan TV One. Apalagi, lanjutnya, masih sangat banyak media cetak, online dan televisi yang jauh lebih gigih membela kepentingan PDIP dan bisa melakukan counter.
"Kubu Jokowi harus bisa belajar dari kompetitornya yang walaupun dikatain sebagai psikopat, otoriter, penculik dan lain-lain, pendukungnya tidak bereaksi anarkis dan cenderung menyelesaikannya secara hukum," terangnya.
Para pendukung Jokowi, menurut dia, perlu menyimak gagasan Revolusi Mental yang sering didengungkan lewat manifestasi dari perilaku yang menjunjung kesantunan, kebebasan media. Atau malah sebaliknya.
Sebelumnya, tim pemenangan Jokowi-JK Eva Kusuma Sundari mengatakan pihaknya akan menyerahkan pada aparat berwajib terkait insiden pengepungan Kantor TV One.
"Kita memustuskan untuk mengambil jalur hukum, kita lapor ke KPI dan Dewan Pers untuk mengerem teman-teman di lapangan yang panas," terang Eva. (trk)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.