Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
SEMARANG- Analis politik Universitas Diponegoro Semarang Budi Setiyono menilai, debat calon presiden dan wakil presiden tak terlalu pengaruhi pilihan masyarakat dalam aspek substansinya.
"Masyarakat selama ini lebih melihat bagaimana performa capres dan cawapresnya dalam debat. Bukan hal-hal yang bersifat substansial dalam debat, seperti visi misi yang diusung," katanya di Semarang, Senin (23/6/2014)
Penasihat politik pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi itu menjelaskan performa yang dimaksudkannya terbagi dalam dua aspek, yakni penampilan secara fisik dan kemampuan bahasa dan gerak tubuh.
Menurut dia, persepsi masyarakat yang seperti itu sudah disadari secara baik oleh masing-masing kandidat, semisal Joko Widodo yang lebih memilih berpenampilan rapi, seperti mengenakan jas dan dasi saat debat. "Padahal, penampilan Jokowi di luar ajang debat kan tidak seperti itu. Karena apa? Ya, ingin menyesuaikan dengan persepsi publik. Publik memang lebih melihat penampilan semacam itu," ungkapnya.
Bahkan, kata dia, beberapa kali riset yang dilakukannya setiap usai debat juga menunjukkan masyarakat lebih melihat penampilan calon pemimpinnya ketimbang visi misi yang diusung yang justru substantif.
Aspek substantif, kata pengajar FISIP Undip itu, baru menempati urutan kedua dan ketiga faktor dalam debat yang bisa memengaruhi pilihan masyarakat, termasuk bisa mengubah pilihan dari kandidat satu ke lainnya.
"Faktor pertama dalam debat yang memengaruhi pilihan masyarakat ya performa atau penampilan, seperti kerapian, sikap, dan perilakunya. Apakah sopan, santun, menghargai lawannya dan 'audience'," katanya.
Setelah itu, kata dia, masyarakat menilai kemampuannya menghargai masyarakat berdasarkan segmentasinya, semisal segmen profesi, seperti buruh, guru, dokter. Bahkan segmentasi kalangan ibu rumah tangga.
"Penghargaan dan sensivitas capres atas profesi terlihat dari artikulasi dan kata-kata kunci yang disampaikan dalam statemennya. Semisal profesi guru dengan menyebut tentang moralitas dan karakter," katanya.
Dari kalangan ibu-ibu, lain lagi. Kata dia, senyum capres lebih menjual ketimbang visi misi. Ibu-ibu lebih senang dengan capres dan cawapres yang lebih banyak tersenyum selama pelaksanaan debat, ketimbang visi misi yang diusung masing-masing kandidat.
"Pengaruh debat cukup besar. Asalkan kandidat mampu menyuguhkan performa baik, menyentuh kalangan profesi dengan kata-kata kunci, seperti mengapresiasi jasa guru, jasa dokter, dan sebagainya," kata Budi. (ant//ugo)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.