Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
CIREBON- Rentetan kerusuhan menjelang dan sesudah Soeharto lengser dari kursi kepresidenannya, pada 1998, disadari calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto, menjadi hal penting.
"Prabowo sadar dirinya menjadi tumbal," kata ketua PBNU, KH Said Aqil Siradj, di Cirebon, Jawa Barat, Jumat, (27/6/2014).
Hari ini, Prabowo bersama Said bersilaturahmi dengan para kyai dan pengasuh pondok pesantren di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) se-Jawa Barat, di Pondok Pesantren Kempek, Kabupaten Cirebon. Para kyai dan pengasuh pondok pesantren yang hadir yakni KH Mustofa Siradj (Pondok Pesantren Kempek), dan Abah Anom (Pondok Pesantren Suralaya).
Ucapan Prabowo tentang dia menjadi tumbal itu, kata Said, mengutip pembicaraan Prabowo dengan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, di rumahnya, di bilangan Ciganjur, Jakarta Selatan.
Gus Dur, kata Said, cukup sering menerima kedatangan Prabowo di Ciganjur untuk memberi nasehat dan pandangan-pandangan. "Dekat sekali, pada saat ribut-ribut Semanggi, sering berkunjung ke Gus Dur," katanya.
Dalam kunjungan-kunjungan itu, katanya, Muhaimin Iskandar (kini menteri ketenagakerjaan), juga beberapa kali mendampingi. Kunjungan Prabowo ke Ciganjur itu, kata dia, sering terjadi pada malam hari.
Pada pertemuan-pertemuan itulah Gus Dur sering memberi nasehat kepada Prabowo yang saat itu masih menjadi Panglima Kostrad. "Gus Dur memberi nasehat kepada Pak Prabowo, tenang saja sampeyan masih muda. Nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini," ujar Said mengutip pembicaraan Gus Dur-Prabowo saat itu.
"Sampai Gus Dur menyimpulkan, orang paling ikhlas untuk bangsa ini adalah Prabowo Subianto. Dia siap dicopot dari semua posisinya. Prabowo hanya jadi tumbal," katanya. (ant//ugo)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.