Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
JAKARTA - Koordinator LSM Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti menilai, perjanjian politik PDIP-Gerindra sebelum Pilpres 2009 hanya lucu-lucuan. Maka, menurutnya, aneh jika Gerindra akhir-akhir ini marah dengan PDIP.
"Kalau Gerindra sekarang marah itu aneh. Mau terpaksa atau sukarela, perjanjian itu lucu-lucuan saja," kata Ray saat berbincang dengan Okezone, Selasa (18/3/2014).
Ketika PDIP dinilai tidak mempunyai etika sekalipun, sambungnya, hal itu menjadi tidak penting. "Karena itu urusan mereka, bukan urusan bangsa ini. Persoalan kita korupsi yang merajalela bukan Batu Tulis," tegasnya.
Sebab itu, Ray mengimbau, masyarakat tak terlalau memusingkan kesepakatan politik yang dikenal dengan perjanjian Batu Tulis, 16 Mei 2009, yang ditandatangani Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri-Ketua Umum Gerindra Prabowo Subinato.
"Apa untungnya? Apa implikasinya? Tidak juga ada perubahan sedikitpun pada negara ini ketika perjanjian itu ditepati atau diingkari. Itu hanya seperti kasus suami-istri yang mau kita urusin, tentu pasti ada yang keluar kalau sudah tidak setia," tandasnya. (trk)