Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
ilustrasi pemungutan suara (Foto: Antara) JAKARTA - Kekisruhan yang mewarnai proses Pilpres di Hong Kong belum lama ini masih menyisakan tanda tanya. Jargon yang didengung-dengungkan kubu Jokowi-JK bahwa jika pasangan tersebut tidak memenangi Pilpres maka telah terjadi kecurangan, dinilai sebagai strategi yang terbukti.
Pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Taufik Bahauddin, mengatakan, ada dua pesan yakni internal dan eksternal yang disimpulkan dari pernyataan tersebut. Pesan internal menurut Taufik ialah capres yang diusung tidak bisa disalahkan karena sudah keputusan bulat partai pengusung.
Sedangkan pesan eksternalnya menurut Taufik, mengarah pada hal negatif dan KPU serta pemerintahan SBY. Terutama setelah Demokrat merapat ke pasangan nomor urut satu.
"Suatu pesan yang menempatkan bahwa pemerintah curang. Pilpres di Hong Kong yang dibesar-besarkan media pendukung pasangan nomor urut dua. Sudah manipulatif untuk memberi dalam tanda kutip, sebuah bukti bahwa ada kecurangan. Sehingga tuduhan mereka dalam tanda kutip terbukti," papar Taufik, Rabu (9/7/2014).
Menurutnya kejadian di Hong Kong yang dibesar-besarkan, bisa dimanfaatkan sebagai awal untuk membangun keributan dengan alasan telah dicurangi.
"Pesan yang bisa jadi penyebab untuk membangun keributan karena hak sebagai pemenang dirampok oleh kecurangan. Jadi kita bicara meta message dari pernyataan-pernyataan tersebut," tandasnya. (put)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.