Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
Pasangan capres dan cawapres saat debat di Balai Sarbini (Foto: Heru H/Okezone) SEMARANG - Pengamat politik Universitas Diponegoro Semarang, Budi Setiyono menilai pengujian kemampuan bahasa asing calon presiden dan wakil presiden perlu diberikan secara spontan.
"Rakyat pasti ingin tahu bagaimana kemampuan bahasa Inggris maupun bahasa asing lain dari calon pemimpinnya. Dalam debat sebenarnya bisa diakomodasi pengujian kemampuan itu," katanya di Semarang, Minggu (22/6/2014).
Menurut dia, materi debat capres memang tidak perlu menggunakan bahasa Inggris secara keseluruhan sebab sebagian besar masyarakat yang menonton malah tidak mengerti materi apa yang disampaikan.
"Kalau bisa, tidak usah diatur secara formal atau dijadwalkan. Namun, sifatnya spontan. Moderator bisa melakukan gebrakan untuk menguji kemampuan bahasa asing masing-masing kandidat capres," katanya.
Ia mengatakan bahwa pengujian kemampuan bahasa asing bisa dilakukan saat penyampaian kata penutup menjelang penutupan debat dan moderator langsung saja mempersilakan kandidat menyampaikan dengan bahasa asing.
"Akan tetapi, sifatnya opsional. Kalau ada yang tidak mau menggunakan bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya, ya, dipersilakan menggunakan bahasa Indonesia. Rakyat sendiri yang menilai," katanya.
Budi mengungkapkan bahwa sifat pengujian kemampuan bahasa asing yang spontan dimaksudkan untuk menghindari masing-masing kandidat mempersiapkan teks bahasa Inggris atau asing sebelum pelaksanaan debat.
"Ya, spontan saja. Moderator bisa memanfaatkan salah satu sesi. Kalau seluruh sesi pakai bahasa asing apa, ya, penontonnya 'mudeng'? Bagi masyarakat, cukup tahu kemampuan bahasa asing calon pemimpinnya," katanya.
Apalagi, kata dia, debat nanti (22/6) malam mengusung tema "Politik Internasional dan Ketahanan Nasional" sehingga merupakan momentum yang pas bagi moderator untuk menguji kemampuan bahasa asing.
Ia menilai peran moderator memang sangat menentukan agar debat berjalan interaktif dan tidak terjebak dengan formalitas yang membuat suasana malah jadi kaku, salah satunya melakukan hal bersifat spontan.
Di negara-negara maju, kata dia, biasanya yang ditunjuk menjadi moderator ajang debat semacam itu adalah kalangan redaktur senior media massa yang tetap dipersiapkan matang dengan banyak simulasi debat.
"Akan tetapi, siapa pun moderatornya, yang jelas harus mampu mencairkan suasana, tidak terpaku pada formalitas yang malah membuat kaku. Masyarakat pasti ingin tahu kemampuan bahasa asing calon pemimpinnya," pungkas Budi.
Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 diikuti dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung enam partai politik dan Joko Widodo-Jusuf Kalla diusung lima parpol.
(ant//crl)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.