Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
Prabowo Subianto (Foto: Dok. Okezone) JAKARTA - Pencapresan Prabowo Subianto hingga kini masih menuai kontra dari berbagai kalangan. Pihak yang paling vokal menolak pencapresan mantan Danjen Kopassaus itu ialah para aktivis 1998 yang getol memperjuangkan reformasi di era Orde Baru berkuasa.
Sekjen Perhimpunan Nasional Aktivis (PENA) 98, Adian Napitupulu mengatakan, amnesia sejarah terhadap berbagai peristiwa kelam yang penuh kekerasan, intimidasi dan penculikan yang telah dilewati bangsa ini tidak bisa diobati dengan obat-obatan kimia, jamu, pijat dan urut maupun mantera-mantera.
Hal itu disiratkannya sebagai kritikan atas aksi penculikan terhadap kaum aktivis oleh kalangan militer di masa lalu.
"Satu-satunya obat mujarab hanya bisa dilakukan dengan terus menerus mengulang cerita demi cerita kekelaman itu dari hari ke hari. Tentunya cerita itu disampaikan tidak untuk menularkan ketakutan tetapi mencegah berulangnya kembali kejahatan serupa di masa yang akan datang," terang Adian dalam keterangan tertulisnya kepada Okezone, di Jakarta, Sabtu (3/5/2014).
Bercerita fakta-fakta sejarah lanjut Adian, tidak lain ialah untuk mencegah berulangnya kejahatan atas kemanusiaan, yang merupakan kewajiban kemanusiaan bagi setiap manusia berakal budi yang sehat pikiran serta hatinya.
Untuk itu kata Adian, apa yang dilakukan oleh aktivis 98 yang bergabung dalam PENA 98 maupun kelompok lain yang secara tegas menolak Prabowo sebagai capres tidak bisa dipandang semata-mata sebagai bagian dari kompetisi politik.
Melainkan sebagai bagian dari tugas mulia yaitu berupaya mengobati amnesia sejarah sebagai tahap penting dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan.
"Ketegasan aktivis 98 menolak Prabowo harus didukung semua pihak, karena hukum sejarah mengatakan kediaman terhadap kejahatan hanya akan membuat si pelaku mengulanginya dan orang lain menirunya," sindirnya.
Adian melanjutkan, di sisi lain, jika ada segelintir aktivis 98 yang dicuci otaknya oleh kepentingan politik, mungkin akan berusaha menutupi fakta-fakta sejarah, lebih jauh lagi bahkan bisa memutarbalikan sejarah dengan mencitrakan pelaku kejahatan menjadi pahlawan.
"Walau demikian, hendaknya kita yang sadar dan terus berjuang menyadarkan rakyat tidak membenci segelintir aktivis 98 yang saat ini sedang kehilangan kesadaran terhadap sejarah," terang Adian.
"Justeru sebaliknya kita harus dengan kesabaran dan ketelatenan berusaha memperbaiki struktur ingatan mereka yang mungkin saja menjadi rusak karena kerasnya benturan syahwat politik atau ilusi kesejahteraan yang umumnya dijanjikan oleh setiap pelaku kejahatan," tutup pendiri Forum Kota (Forkot) itu. (put)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.