Share dulu ya sob
Facebook
Google+
Twitter
Ilustrasi (Foto: Dok. Okezone) JAKARTA - Perhelatan pemilu legislatif 9 April telah usai dilaksanakan. Meski demikian, para caleg yang bertarung menuju gedung parlemen masih siaga menjaga suara yang mereka peroleh. Dikhawatirkan terjadi manipulasi pencurian suara oleh oknum caleg yang tidak memenuhi target dalam meraih kursi legisltif.
Wakil Sekjen DPP Golkar, Nurul Arifin, meceritakan perihal situasi lapangan saat pileg berlangsung. Dia mengaku miris melihit sikap para pemilih. Pasalnya, sebagian warga justru siap menjual suaranya kepada para calo suara.
Menurut dia, sikap sebagian warga yang memilih menjual suaranya ke caleg tertentu menjadi momok dalam sistem demokrasi Indonesia saat ini.
"Intinya, sistem sudah cukup baik. Yang buruk itu perilaku manusianya. Siap dibeli, ada pembeli dan calo suara. Itulah semua kebobrokkan itu," tegas Nurul tak lama ini.
Dia mengakui bila sistem demokrasi terbuka yang dijalankan di Indonesia belum berjalan seiring dengan pengetahuan politik masyarakat. Dampaknya, kata dia, warga memilih apatis dan menjadikan suaranya layaknya dagangan. "Sistem dan manusianya tidak berjalan linier," tegas dia.
Oleh sebab itu kata Anggota Komisi II DPR RI itu, sistem pemilu yang menganut sistem terbuka harus dievaluasi.
"Menurutku harus dievaluasi kembali sistem Pemilu ini. Kembali ke close list atau Mixed Member Proportional (MMP) atau penguatan Bawaslu," jelas dia.
Bahkan Nurul akan berjuang keras untuk mengembalikan sistem pemilihan kepala daerah ke DPRD. Tentu kata dia, pengalaman dalam pileg tersebut menjadi fakta nyata tentang maraknya politik uang.
(hol)
Download dan nikmati kemudahan mendapatkan berita melalui Okezone Apps di Android Anda.